Alloh berfirman, “Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis.” (QS. An Najm : 43)
Ayat suci ini menunjukkan kepada kita mukjizat ilmiah pada proses tertawa dan menangis. Akal yang dikaruniakan oleh Alloh kepada manusia mampu merasakan hal-hal yang dapat membuatnya tertawa atau menangis.
Manusia merupakan satu-satunya makhluk yang dapat tertawa dan menangis. Ia akan tertawa jika mendengar atau melihat hal-hal yang membuatnya senang & gembira melihat azab ditimpakan kepada musuhnya.
“Banyak muka pada hari itu berseri-seri, tertawa, dan gembira ria.” (QS. ‘Abasa : 38-39)
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang beriman.” (QS Al Muthaffifin : 29)
Tangis manusia dapat disebabkan oleh rasa takut, ngeri, khusyuk, rasa sakit, dan penyesalan.
“….. Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam : 58)
“Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al Isra’ : 109)
“Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS At Taubah : 82)
Menangis adalah sarana pertama yang dipakai oleh seorang bayi untuk menghadapi kehidupan ini. Ketika berada di dalam perut ibunya, dua paru-parunya tertutup karena sirkulasi darah pada tubuhnya berjalan melewati celah pada jantung yang disebut “celah telur” menuju ke paru-paru ibu secara langsung tanpa melewati paru-parunya. Dua paru-paru ini baru mulai dipakai ketika anak itu menangis ketika dilahirkan. Tangisan ini menutup celah pada jantungnya dan membuka sarang dadanya sehingga darah pun segera mengalir ke paru-parunya yang sudah terbuka akibat tangisan tersebut, kemudian udara masuk dan mulailah proses pernapasan normal.
Para ilmuwan berpendapat kesedihan dan bencana yang menimpa manusia menyebabkan sinyal-sinyal listrik yang kuat sampai ke otak dan akan dikirim oleh urat saraf ke setiap organ tubuh hingga berpengaruh pada fungsinya dalam kadar yang bermacam-macam. Jika sinyal itu sampai ke jantung, akan menyebabkan perubahan pada debarnya, bahkan kadang-kadang mengakibatkan kematian mendadak. Jika sampai ke hati, akan mengacaukan proses asimilasi yang mengakibatkan sakit gula.
Jika sampai ke perut, akan menyebabkan rasa sakit dan kontraksi, menambah kadar keasaman, dan mungkin mengakibatkan terjadinya bisul di dalam perut. Jika sampai ke empedu, akan menimbulkan kontraksi pada saluran empedu dan mengurangi kemampuannya mengekskresi perasaannya hingga menyebabkan pengendapan garam dan pembentukan batu pada pundi-pundi empedu. Jika sinyal-sinyal listrik yang ditimbulkan oleh rasa sakit dan sedih itu sampai ke usus, akan menimbulkan kekembungan dan kekacauan dalam proses pencernaan. Selain itu, sinyal-sinyal tersebut juga dapat sampai ke tangan dan kaki hingga menimbulkan kesemutan, kelemahan, serta terserang penyakit saraf dan jiwa.
Sinyal-sinyal listrik yang mendadak ini akan melewati pembuluh saraf, lalu diserap dan dihalangi ketika berjalan-jalan menuju bagian-bagian tubuh. Perasaan nyaman, sabar, iman, dan melakukan sholat ketika terjadi kesusahan dapat menguatkan pembuluh saraf dan menyemangatkan fungsinya hingga mampu menghalangi perjalanan semua sinyal menuju tubuh dan melindunginya dari bahaya sinyal-sinyal itu.
Jika pukulan bencana itu sangat kuat dan kesedihannya sangat dalam, otak akan mengirimkan sinyal-sinyal yang melebihi kemampuan pembuluh hipotalamus ke sistem-sistem di dalam tubuh agar tidak membahayakan kondisinya.
Jika kelenjar air mata bertambah aktif, akan menyemprotkan air mata yang mencuci mata. Otot-otot rongga dada yang bergerak, baik ketika tertawa maupun menangis, meningkatkan etos kerja paru-paru dan pada gilirannya akan bermanfaat dalam proses pembersihan darah dari unsur karbondioksida. Sinyal-sinyal ini mungkin bermanfaat menggerakkan sebagian otot wajah yang dibutuhkan dari waktu ke waktu.
Demikianlah, menangis dan tertawa adalah dua karunia yang berguna untuk menghalangi perjalanan sinyal-sinyal berbahaya yang di atas kemampuan pembuluh hipotalamus dan mengalihkannya ke organ-organ lain. Jika pekerjaan organ-organ ini bertambah, justru bermanfaat bagi tubuh. Setiap manusia, sekuat apa pun iman dan daya tahannya, sekali-kali harus menangis ketika tertimpa kesusahan untuk mengalihkan limpahan sinyal-sinyal listrik mendadak yang tiba di otak.
Terkadang juga digunakan beberapa jenis obat penenang untuk membatasi sampainya sinyal-sinyal berbahaya ini ke organ-organ tubuh. Akan tetapi, obat penenang seperti ini tidak akan berkhasiat lagi setelah pengaruhnya habis. Seorang manusia beriman tidak membutuhkan bius dan obat penenang seperti itu selama tabah dalam menghadapi kesusahan dan rela terhadap ketentuan Alloh.
Wallohu a’lam bisshowab.
Oleh : Robert Xu Jiantou
From : PITI ( Persatuan Islam Tionghoa Indonesia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar